
oh..
dia datang lagi menyapaku
aku kira dia sudah melupakanku
melupakan tengkorak kepalaku
lupa, betapa dia pernah begitu menikmatinya
memamah otak sebelah kiriku
mencincang habis otak kananku
merampas tetesan embun mataku yang sudah lusuh
mencabut satu persatu gigiku
gigi yang sudah bolong dan agak sedikit bau
kadang, aku dibuatnya bingung sendiri dengan tanyaku
kenapa dia memilih otak kerdilku
kenapa dia tidak tertarik dengan otak artis-artis itu
oh..
dia tetap saja terus menikmati santapannya
tanpa memperhatikan kebingungan dan ratapanku
seperti biasanya
seperti kedatangannya yang sudah-sudah
dengan sikapnya yang kaku.. bisu
tangannya tetap tenang pegang catut dan pisau dapurnya
aah..
migran ini memang sobatku yang paling setia
hey.. masuklah kedalam kamarku
jangan berdiri saja di depan pintu
di luar udaranya sangat dingin sekali
malam ini, kelihatannya langit tidak sedap untuk dinikmati
tadi sore rambut-rambutnya hujan lebat sekali
derasnya masih menempel di tempat tidurku
serpihan-serpihan petirnya masih berserakan di lantai
kelihatannya,
rembulan sedang kehabisan minyak tanah untuk lenteranya
gilangnya bintang pun tak nampak di pelataran rumahku mulai tadi sore
mungkin mereka sedang malas main petak umpet
kamu mau menagih janjiku ya?
tenang, sudah aku siapkan semuanya
tapi, kamu maukan menunggu barang sejenak
aku mau menikmati dulu secangkir kopiku sisa tadi sore
dan menghisap rokok yang tinggal sebatang ini
dengan sikapnya yang kaku.. bisu
dia tidak memperdulikan segala omonganku
dia langsung mencincang otakku
merogoh paru-paruku
mencabut jantungku
entah kenapa, ganti dia yang kelihatan bingung
mencari-cari sesuatu
kamu mencari hatiku ya?
maaf..
oktober kemarin, hati itu sudah aku titipkan pada seseorang
nggak papakan,
kamu sisakan hatiku untuk seseorang yang aku sayangi?
dengan sikapnya yang kaku.. bisu
dia tetap tidak memperdulikanku
dan aku hanya bisa merintih saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar